PHOTO ALBUM

Rabu, 02 Mei 2012

Pola Pengasuhan Anak di segala Usia

Oleh Ardian Novianto (guru SMA Al-Munawwariyyah) Menjadi orang tua bukan hal hal yang mudah apabila tanpa dipersiapkan secara matang. Persiapan matang dalam pengetahuan dan kesabaran dalam mendidik anak. Apalagi yang dihadapi adalah anak yang hiperaktif dan mempunyai rasa ingin tahu yang berlebih. Untuk itu dalam pengasuhan anak mungkin perlu kita ingat lagi sebagaimana yang selama ini di ajarkan rosul. Dalam mengasuh anak tentunya perlu melihat terlebih dahulu faktor-faktor berikut : 1. Pertumbuhan fisik-motorik: Pertumbuhan fisik anak saat usia-usia awal perlu dimonitor, kurang optimalnya pertumbuhan menandakan ada sesuatu pada diri anak. Tumbuh kembang anak pada aspek fisik mencakup Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Kepala, dan Tonus Otot. Sedangkan Perkembangan motorik dibagi menjadi motorik kasar, yaitu gerakan fisik yang memerlukan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Motorik Halus berkaitan dengan perkembangan fleksibilitas tangan dan jari jemari untuk melakukan aktivitas seperti menyuapkan makanan ke mulut, menggambar, menulis, berpakaian, ataupun permainan yang membutuhkan koordinasi tangan, juga termasuk koordinasi otot-otot kecil di daerah oral, seperti lidah, bibir, dan otot pipi. 2. Perkembangan Kognitif dan Emosi: Proses kognitif merupakan proses seseorang memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang meliputi proses berpikir, belajar, menangkap, mengingat, dan memahami. Perkembangan kognitif adalah pertumbuhan dan perkembangan kapasitas intelektual. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam perkembangan kognitifnya adalah Lingkungan, dimana lingkungan yang penuh kasih dan cukup rangsangan kemungkinan besar akan meningkatkan taraf kecerdasan anak, lalu Kematangan, dimana perkembangan susunan saraf yang matang akan menjdikan fungsi-fungsi oran tubuh/indra lebih sempurna, serta Pengaruh sosial, dimana hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, seperti pengasuhan, pendidikan akan memberikan pengaruh pada perkembangan kognitif anak. Perkembangan emosi dimulai sejak anak lahir hingga besar. Anak mengembangkan emosinya melalui pengalaman yang didapat dengan berinteraksi dengan orang di sekitar dan lingkungannya. Reaksi emosi itu antara lain: Takut, Cemas, Marah, Cemburu, Iri hati, Sedih, Sayang, dan Gembira. 3. Perkembangan Bahasa: kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya, bahkan yang abstrak dan kompleks sekalipun, melalui rangkaian kata bermakna sehingga dapet dipahami oleh lingkungannya. Kemampuan ini sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Oleh karena itu sering-seringlah mengajak anak berbicara agar kemampuan bahasanya berkembang. Dengan menguasai bahasa, anak mengerti aturan berkomunikasi yang akan berguna sampai dewasa, termasuk tata cara dan sopan santun berbahasa. 4. Perkembangan Sosial: perkembangan ini menunjukkan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dan mengembangkan tingkah laku sosialnya agar dapat bersosialisasi dengan baik. Perkembangan ini mencakup 4 hal, yaitu: kemampuan Interpersonal, yang merupakan keterampilan yang digunakan dalam interaksi sosial, seperti bersahabat, menolong, menerima dan memberi pujian, lalu kemampuan untuk diterima teman sebaya, keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial, serta keterampilan berkomunikasi untuk menjalin hubungan baik dengan menjadi pendengar yang responsif, memberi perhatian, dan lainnya. Sejak umur setahun, orang tua dapat mengajarkan pada anak keterampilan sosial dengan cara memberikan contoh langsung, seperti mengucapkan terima kasih, meminta tolong, mengantre, mengucapkan permisi, berbagi, serta belajar untuk meminta maaf. Selain itu ada teknik pengasuhan yang lain yang dapat digunakan oleh orangtua yaitu di dasarkan oleh seroang ahli yang bernama Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua: 1. Pola asuh Demokratis 2. Pola asuh Otoriter 3. Pola asuh Permisif 4. Pola asuh Penelantar. Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Sekarang terserah kepada pribadi masing-masing orang tua atau pengasuh anak untuk mengambil teknik atau cara yang mana untuk mendidik dan mengasuh anaknya. Sumber : • Majalah Intisari, , Edisi November tanggal/tahun 2001, Artikel Tips untuk Orangtua, halaman 63, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 2001. • The Hyperactive Child What the Family Can Do!, Belinda Barnes and Irene Colquhoun, , Artikel Day to Day Management of The Hyperactive Child, halaman 90 – 96, Thorsons Publishers Limited, Northamptonshire

Identitas Anda

Sign by Dealighted - Coupons and Deals

Sign by Dealighted - Coupons and Deals

Pesan dan Kesan Anda


Free shoutbox @ ShoutMix
 
AddMe - Search Engine Optimization